FOKUSMEDIANEWS.COM, KAB SUKABUMI – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, Letjen TNI Suharyanto, menjelaskan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sebagai upaya meminimalisir terjadinya bencana susulan di Kabupaten Sukabumi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, Letjen TNI Suharyanto, dikonfirmasi awak media usai Rakor penanganan kebencanaan yang terjadi di 39 Kecamatan sekabupaten Sukabumi, Ia mengatakan dalam seminggu ini sudah keliling ke beberapa titik bencana dan pengungsian
“Saya ingin jelaskan untuk dampak bencananya, kita sudah mitigasi jangan sampai ada bencana susulan. Mulai tadi malam kita sudah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dan hasilnya ada cuaca beberapa daerah utama di Kabupaten Sukabumi sekarang, meskipun prediksi BMKG akan turun hujan secara ekstrem tapi ternyata dengan operasi modifikasi cuaca ini debit airnya bisa dikurangi. Bukan berarti sama sekali dihilangkan, tetapi cuacanya relatif bisa dikendalikan,” ungkap Suharyanto kepada wartawan, di Posko Komando Utama Bencana Alam Kabupaten Sukabumi, di Pendopo Sukabumi, Kamis (12/12/2024).
Menurutnya, hal ini penting supaya meminimalisir potensi bencana susulan. Karena daerahnya masih rawan banjir, longsor dan tanah bergerak, agar tidak terulang kembali berikut tidak bertambahnya korban masyarakat terdampak. Itu yang pertama untuk sumber bencana.
“Kedua untuk masa tanggap darurat bencana yang diperpanjang oleh Bupati Sukabumi, tujuh hari lagi. Kita punya waktu seminggu dimana untuk pelayanan masyarakat terdampak di titik pengungsian dihari ke tujuh kita perbaiki terus. Lalu masyarakat juga diberikan penawaran, kalau mereka ingin keluar dari tempat pengungsian, boleh. Mereka bisa mengungsi secara mandiri dan selama mengungsi secara mandiri itu akan mendapatkan bantuan pemerintah, namanya dana tunggu hunian,” jelas Letjen TNI Suharyanto, yang dalam seminggu ini sudah keliling ke beberapa titik bencana dan pengungsian di Wilayah Kabupaten Sukabumi.
Masih kata Suharyanto, bagi warga terdampak yang terdata juga akan dibangun hunian sementara. Apabila ada korban yang tidak berkenan atau tidak memiliki sanak saudara dan tetap tinggal memilih ditempat pengungsian. Tentu saja, menurut Suharyanto, mereka tidak bisa tinggal di tenda pengungsian berlarut-larut, karena daya tahan manusia tinggal di tenda itu juga ada batasnya.
‘Kami informasikan untuk gudang logistik Kabupaten Sukabumi sudah saya tinjau kemarin, rabu (11/12) kebutuhan logistik pengungsi di Kabupaten Sukabumi relatif aman untuk satu minggu kedepan dan kita pastikan penuhi setiap hari. Berikutnya makan minum, air bersih, MCK betul-betul kita perbaharui, ditingkatkan kualitasnya setiap hari.
Sedangkan untuk kondisi kesehatan pengungsi, menurutnya, sudah mulai ada yang sakit, gatal-gatal, ispa, batu pilek. Untuk itu, kementerian kesehatan melalui pusat krisis kesehatan dan relawan terus mendampingi, kita pastikan juga semakin hari semakin baik,” tukasnya.
Selanjutnya untuk transisi tanggap darurat, tadi saya memimpin rapat langsung ke tingkat kepala desa, camat, bupati dan pusat, dimana telah di arahkan langkah-langkahnya.
“Tadi kita sepakat untuk langsung melaksanakan tahap transisi tanggap darurat. Jadi, langkah-langkah rehabilitasi dan rekontruksi sudah mulai dikerjakan. Seperti pendataan kepada rumah masyarakat yang rusak berat, sedang dan ringan sudah ada, dimana diperbaharui terus menerus,” paparnya.
“Bagi rumah warga yang rusak sedang dan ringan dalam minggu ini akan dikembalikan kerumahnya masing-masing, sambil mereka memperbaiki rumahnya yang terdampak bencana. Untuk nominal, rumah rusak sedang akan mendapatkan bantuan 30 juta, lalu yang rusak ringan 15 juta. Itu yang masuk kriteria,” ujarnya.
Sedangkan rumah rusak ringan tapi tidak masuk kriteria menerima bantuan 15 juta. Karena sifat kerusakannya sangat kecil, sepakat memberikan bantuan meterial, baik dari pusat melalui BNPB, maupun pemerintah provinsi dan kabupaten.
Kemudian rumah rusak berat tidak relokasi, itu rumahnya dibangun oleh pemerintah. Sambil menunggu bangunan rumah baru selesai, mereka boleh keluar dari pengungsian, dimana mereka selama sementara menumpang di tetangga atau sanak saudara sama mereka akan mendapatkan dana tunggu hunian.
“Nah bagi yang akan relokasi mandiri artinya masyarakat terdampak menginginkan rumahnya dibangun sesuai keinginan mereka, semisal dia punya aset sendiri, itu juga segera akan kita bangun. Serta relokasi terpusat itu sudah diputuskan oleh desa dan camat, khususnya yang menggunakan tanah desa atau kabupaten, itu segera bisa dibangun,” ungkapnya.
Lalu (untuk yg menggunakan) tanah Perhutani atau PTPN, menurut Kepala BNPB, sudah dilaporkan ke Menteri PMK.
“Satu dua hari akan dilaksanakan rakor dipusat, menghadirkan dari Perhutani dan PTPTN, sehingga tanah-tanah yang akan dihibahkan kepada warga terdampak clear and clear. Secara umum seperti itu,” jelas Kepala BNPB RI, Letjen TNI Suharyanto. (** AR).