FOKUSMEDIANEWS.COM, KAB SUKABUMI – Bupati Sukabumi H.Marwan Hamami mengatakan, Penyakit Zoonosis adakah penyakit yang menular dari hewan kemanusia seperti Rabies atau penyakit Anjing gila dan lainnya. Penanggulangan penyakit hewan ini untuk mencegah penularan dan sekaligus memproteksi sektor peternakan di Kabupaten Sukabumi. Jika ancaman penyakit ini bisa dikendalikan maka dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraa peternak dan msyarakat secara umum.
Hal itu disampaikan Bupati Sukabumi saat membuka acara Lokakarya Pelaksanaan Permentan Nomor 39 Tahun 2023 tentang Pelayanan Minimal Zoonosis Prioritas di Wilayah Kabupaten/Kota, Rabu, (24/07/24) di Hotel Anugrah Sukabumi.
Bupati berharap, melalui Lokakarya ini para peserta dapat mengikuti dengan seksama sehingga memahami materi yang disampaikan oleh para Narasumber,
“Edukasi yang diberikan semoga menjadi langkah awal yang signifikan dalam upaya pencegahan dan pengendalian Zoonosis di Kabupaten Sukabumi,” tegasnya.
Sementara itu Perwakilan FAO Indonesia Umi Praptantyo menjelaskan, kegiatan Zoonosis Prioritas ini untuk pengendalian penyakit hewan. Jadi sangat strategis ini untuk mengurangi ancaman risiko ditingkat Pusat dan daerah karena itu, menurut Umi, dukungan seluruh stakeholder sangat dibutuhkan.
” Dalam kesempatan ini dipaparkan capaian penting di Kabupaten Sukabumi untuk menanggulangi Penyakit Zoonosis Prioritas, sehingga menghasilkan rencana aksi dalam membangun wilayah bebas dari Penyakit ini,” terangnya
Kadis Peternakan Kabupaten Sukabumi Asep Kurnadi mengatakan dalam pengendalian rabies di Kab Sukabumi telah membentuk Kader Siaga Rabies (Kasra) yang mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pengendalian Penyakit Rabies.
“Kader desa dan Posyandu diikutsertakan dalam penanggulangan penyakit rabies dan penyakit lainnya yang menyerang peternakan di Kabupaten Sukabumi, sehingga dengan adanya kerjasama dari semua pihak diharapkan bisa mewujudkan kesejahtraan para peternak,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu Bupati Sukabumi menerima Cindramata dan Jaket dari FAO dan USAID. (*dks)